Rabu, 24 Juni 2015

DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN SAMPUL ................................................................................ i
HALAMAN JUDUL ................................................................................... ii
LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING SKRIPSI ........................... iv
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI .......................................... v
PERNYATAAN ........................................................................................... vi
ABSTRAK ................................................................................................... vii
KATA PENGANTAR ................................................................................. viii
DAFTAR ISI ................................................................................................ x
DAFTAR GAMBAR ................................................................................... xii
DAFTAR TABEL ....................................................................................... xiii
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................... xiv
BAB I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah ........................................................................ 1
1.2 Rumusan Masalah .................................................................................. 2
1.3 Tujuan Penelitian ................................................................................... 2
1.4 Kegunaan Hasil Penelitian ..................................................................... 3
1.5 Ruang Lingkup dan Batasan Masalah .................................................... 3
1.6 Definisi Operasional .............................................................................. 4

BAB II. KAJIAN PUSTAKA
2.1 Keanekaragaman Jenis ............................................................................ 5
2.2 Danau ...................................................................................................... 6
2.3 Gambaran Umum Danau Teluk Kota Jambi ........................................... 8
2.3.1 Geografi Danau Teluk .......................................................................... 8
2.3.2 Kondisi Lingkungan Danau Teluk ....................................................... 8
2.4 Udang Air Tawar ..................................................................................... 9
2.4.1 Klasifikasi Udang Air Tawar ............................................................... 9
2.4.2 Peranan Udang Air Tawar Dalam Ekosistem ...................................... 9
2.4.3 Karakteristik Habitat Udang Air Tawar ............................................... 10
2.4.4 Morfologi Udang .................................................................................. 10
2.4.6 Sifat dan Perilaku Udang .................................................................. 13
2.4.6 Jenis Udang Air Tawar ......................................................................... 14


 2.5 Faktor Fisik dan Kimia Lingkungan ....................................................... 15
2.5.1 Suhu ..................................................................................................... 15
2.5.2 Kedalaman Perairan ............................................................................. 15
2.5.3 Derajad Keasaman (pH) ....................................................................... 16
2.5.4 DO (Dissolved Oxygen) ....................................................................... 16
2.5.5 BOD (Biochemical Oxygen Demand) .................................................. 17
2.5.6 COD (Chemical Oxygen Demand) ....................................................... 17
BAB III. METODE PENELITIAN
3.1 Rancangan Penelitian .............................................................................. 18
3.2 Sampel ..................................................................................................... 18
3.3 Alat dan Bahan ........................................................................................ 19
3.4 Prosedur Penelitian .................................................................................. 19
3.4.1 Tahap Persiapan ................................................................................... 19
3.4.2 Tahap Pengumpulan Data .................................................................... 19
3.4.3 Tahap Penanganan Sampel .................................................................. 22
3.4.4 Analisis Data ........................................................................................ 22
3.5 Waktu dan Tempat Penelitian ................................................................. 23

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................... 38

BAB I
PENDAHULUAN


     Latar Belakang Masalah
Secara geografis Provinsi Jambi terletak diantara 0° 45’-2°45’ Lintang Selatan dan 101° 10’-104° 55’ Bujur Timur. Luas wilayah Provinsi Jambi tercatat 53.435,72 km² yang terbagi atas luas daratan 50.160,05 km² dan luas perairan 3.274,95 km² (Pemerintah Provinsi Jambi, 2013:1). Wilayah perairan umum berupa sungai, danau, rawa, dan genangan air lainnya (Dinas Kelautan dan Perikanan, 2013:1). Danau yang terkenal di kota Jambi yaitu danau Sipin, danau Kenali dan danau Teluk.
Danau Teluk berada di perbatasan antara Kelurahan Pasir Panjang, Tanjung Pasir dan Olak Kemang, Kecamatan Danau Teluk, Kota Jambi. Danau Teluk merupakan danau yang mendapat pasokan air dari sungai-sungai kecil yang berasal dari persawahan di sekitarnya, anak sungai, dan sungai Batang Hari (Balai Wilayah Sungai, 2013:2).
Danau Teluk memiliki kedalaman perairan yang cukup dan kesuburan relatif stabil, hal ini menjadikan ekosistem danau lebih seimbang dan lebih produktif. Kondisi tersebut sangat mendukung bagi kehidupan biota perairan seperti udang air tawar. Namun, kondisi ini dikhawatirkan tidak selalu terjaga dengan baik, karena kebiasaan masyarakat sekitar memanfaatkan danau tersebut untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari seperti budidaya ikan dalam keramba jaring apung (KJA), MCK (Mandi Cuci Kakus), dan bahkan sebagai tempat pembuangan limbah rumah tangga seperti plastik dan air sisa pencucian. Sehingga secara berkelanjutan dan jangka waktu yang lama dapat mencemari perairan danau dan berdampak pada biota di dalamnya termasuk keanekaragaman jenis udang di perairan tersebut.
Keanekaragaman jenis udang dalam suatu perairan menunjukkan kondisi lingkungan perairan tersebut. Jika jenis udang lebih beragam maka kondisi perairan tersebut mendukung bagi kelangsungan hidup populasi jenis udang (Sembiring, 2008:4). Selanjutnya Tjokrokusumo (2006:11), menyatakan bahwa udang air tawar termasuk dalam golongan makroinvertebrata yang baik digunakan sebagai indikator biologis. Hal ini karena mobilitas yang relatif rendah dan keberadaanya sangat dipengaruhi secara langsung oleh semua bahan yang masuk kedalam lingkungan perairan.
Berdasarkan uraian tersebut penulis tertarik untuk melakukan penelitian mengenai “Keanekaragaman Jenis Udang Air Tawar di Danau Teluk Kota Jambi”, sehingga dapat dijadikan sebagai sumber informasi untuk dimanfaatkan lebih lanjut.
    Rumusan Masalah
Rumusan masalah penelitian ini adalah bagaimana keanekaragaman jenis udang air tawar di Danau Teluk kota Jambi ?
    Tujuan Penelitian
Tujuan dilaksanakannya penelitian ini adalah untuk mengetahui keanekaragaman jenis udang air tawar di Danau Teluk Kota Jambi.


     Kegunaan Hasil Penelitian
Kegunaan hasil penelitian ini adalah:
    Memberikan data dan informasi ilmiah mengenai keanekaragaman jenis udang air tawar yang terdapat di Danau Teluk Kota Jambi.
    Sebagai salah satu materi dan penuntun pada praktikum ekologi umum.
    Memberikan informasi ilmiah kepada Fakultas keguruan dan Ilmu Pendidikan  Universitas Jambi mengenai udang air tawar untuk penelitian sejenisnya.

1.5. Ruang Lingkup dan Batasan Masalah
1.5.1. Ruang Lingkup Penelitiaan
Ruang lingkup penelitian ini yaitu:
    Penelitian ini dilakukan di Danau Teluk Kota Jambi.
    Analisis data meliputi indeks keanekaragaman dan indeks dominansi.
    Pengamatan morfologi meliputi pengamatan bentuk bagian-bagian luar tubuh udang air tawar yang dapat membedakan antara jenis satu dengan jenis lainnya.
1.5.2. Batasan Penelitian
Batasan yang ada dalam penelitian ini adalah:
    Keanekaragaman udang air tawar yang dimaksud berdasarkan temuan pada saat dilakukan penelitian.
    Pengamatan morfologi meliputi bentuk rostrum dan ukuran karpus pada periopoda ke-2.
    Faktor fisik-kimia yang diamati meliputi kedalaman, suhu, pH, DO (Dissolved Oxygen), BOD (Biochemical Oxygen Demand) dan COD (Chemical Oxygen Demand).   
1.6. Definisi Operasional
    Definisi Operasional dalam penelitian ini yaitu:
    Keanekaragaman jenis adalah seluruh jenis variasi yang terdapat pada makhluk hidup.
    Indeks dominansi merupakan analisis untuk menentukan dominansi suatu jenis dalam suatu lingkungan.
    Udang air tawar yaitu udang yang hidup di perairan tawar dan memiliki ciri permukaan punggung yang bulat halus ke perut dan pleuron kedua melebihi pleuron pertama dan ketiga.   











BAB II
KAJIAN PUSTAKA

2.1 Keanekaragaman Jenis
Keanekaragaman jenis mempunyai sejumlah komponen yang dapat memberi reaksi secara berbeda-beda terhadap faktor-faktor geografi, perkembangan atau fisik. Komponen tersebut yaitu kekayaan jenis dan kesamarataan (Equilibilitas). Keanekaragaman jenis cenderung akan rendah  dalam ekosistem-ekosistem  yang secara fisik terkendali dan tinggi dalam ekosistem yang diatur secara biologi. keanekaragaman jenis cenderung besar dalam suatu komunitas yang lebih lama terbentuk dan cenderung kecil untuk komunitas yang baru dibentuk (Odum, 1993:184-185).
Menurut Irwan (1997:136) semakin besar jumlah jenis maka semakin besar pula keanekaragaman hayati. Jika tatanan lingkungan hanya terdiri sedikit jenis, maka akan sangat peka dan mudah terganggu keseimbangannya. Sehingga semakin beranekaragam sumber alam hayati, semakin stabil tatanan lingkungan tersebut. Selanjutnya Michael (1995:269) menyatakan bahwa jumlah jenis dalam suatu komunitas sangat penting dari segi ekologi, karena keragaman jenis akan bertambah bila komunitas menjadi semakin stabil. Gangguan yang parah menyebabkan penurunan yang nyata dalam keragaman.
Keanekaragaman jenis udang pada suatu perairan menunjukkan kondisi lingkungan perairan tersebut (Sembiring, 2004:4). Udang air tawar memiliki banyak jenis yang tergolong dalam famili Palaemonidae dan Atydae. Kedua famili tersebut terdapat diperairan tawar maupun perairan payau (Holthuis, 1980). Udang air tawar tersebar di berbagai negara. Beberapa Jenis udang air tawar yang penyebarannya di Indonesia antara lain adalah Caridina gracilirostris, Caridina leavis,  Exopalaemon styliferus, Macrobrachium sintangense, Macrobrachium lanchesteri, Macrobrachium rosenbergii, Macrobrachium pilimanus, dan Macrobrachium empulipke.

    Danau
Proses terjadinya danau dapat  dikelompokkan menjadi dua, danau alami dan danau buatan. Danau alami  merupakan danau yang terbentuk sebagai akibat dari kegiatan alamiah, misalnya  bencana alam, kegiatan vulkanik dan kegiatan tektonik. Sedangkan danau buatan  adalah danau yang dibentuk dengan sengaja oleh kegiatan manusia (Odum, 1993:384).
Komunitas tumbuhan dan hewan tersebar di danau sesuai dengan kedalaman dan jaraknya dari tepi. Organisme ekosistem penyusun danau bervariasi dan dapat dipengaruhi oleh penetrasi cahaya. Menurut Odum (1993:374), di dalam  danau umumnya terbagi menjadi tiga zona yaitu zona litoral, zona limnetik dan zona profundal.
Zona litoral, merupakan daerah perairan yang dangkal dengan penetrasi cahaya sampai ke dasar (Odum, 1993:374). Zona littoral terjadi di tepi danau dan berkembang ke arah bawah dari garis tepi ke populasi-populasi yang paling dalam dari tanaman-tanaman yang tumbuh di dalam atau melekat pada dasar danau (McNaughton, 1992:779),
Zona limnetik, merupakan daerah air terbuka sampai kedalaman penetrasi cahaya yang efektif. Pada umumnya, tingkat ini berada pada kedalaman dimana intensitas cahaya kira-kira 1% dari intensitas cahaya di permukaan air atau intensitas cahaya penuh  (Odum, 1993:374). Menurut McNaughton (1992:780), air pada zona limnetik terdiri dari produsen-produsen planktonik, khususnya diatom dan spesies alga hijau dan alga hijau biru. Zooplankton merupakan konsumer primer ordo pertama dalam zona limnetik.
Zona profundal, merupakan bagian dasar dan daerah air yang dalam yang tidak tercapai oleh penetrasi cahaya efektif (Odum, 1993:375).  Zona profundal terjadi di air terbuka di bawah zona limnetik. Zona ini diisi oleh detritus dan memiliki komunitas-komunitas dekomposer yang aktif dalam lumpur di dasar danau. Ikan dan sejenisnya pada umumnya berada di zona litoral dan zona limnetik, dan kurang begitu banyak di zona profundal (McNaughton, 1992:780).

Gambar 2.1 Zonasi wilayah danau (Odum, 1993:375).




    Gambaran Umum Danau Teluk Kota Jambi
    Geografi Danau Teluk
Danau teluk secara administrasi berada di kotamadya Jambi, Provinsi Jambi pada posisi LS: 01°34.536’-01°34.857’ dan BT: 103°35.717’- 103°35.950°. Danau ini terletak pada ketinggian 16-23 m dpl dan luasnya 40-60 ha (Nurdawati, 2010: 264). Danau Teluk merupakan danau banjiran yang mendapat pasokan air dari sungai-sungai kecil yang berasal dari persawahan disekitar danau dan Sungai Olak Kemang yang menjadi saluran pemasukan/pengeluaran ke sungai (Balai Wilayah Sungai, 2013:2).
2.3.2. Kondisi Lingkungan Danau Teluk
Berdasarkan sensus penduduk 2010,  penduduk di Danau Teluk berjumlah 11.903 jiwa (Badan Pusat Statistik Kota Jambi, 2010:8).  Masyarakat sekitar memanfaatkan danau tersebut untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari seperti budidaya ikan dalam keramba, penangkapan ikan, MCK (Mandi Cuci Kakus), dan bahkan sebagai tempat pembuangan limbah rumah tangga seperti plastik dan air sisa pencucian. Menurut Suherman (2003:1), jumlah keramba yang menutupi permukaan danau mencapai 1.300 keramba. Akibatnya menyebabkan terjadi penumpukan sisa pakan di dasar perairan. Dikhawatirkan dalam jangka waktu yang lama kegiatan ini berdampak negatif pada ekosistem danau tersebut.
    Lokasi pintu air berjarak sekitar 2,5 km dari Danau Teluk yang telah dibangun oleh Pemerintah daerah Jambi pada tahun 2003. Pembangunan pintu air bertujuan untuk menstabilkan volume air Danau Teluk, namun keberadaannya saat ini menghambat migrasi hewan aquatik sehingga berdampak pada terganggunya kelestarian  hewan-hewan aquatik di danau tersebut (Nastiti, 2007:1).

     Udang Air Tawar
    Klasifikasi Udang Air Tawar
Secara garis besar Crustacea dikelompokkan menjadi enam kelas, yaitu Branchiopoda, Ramipedia, Cephalocarida, Malacostraca, maxillopoda, dan Ostracoda  (Martin, 2001:58-75). Klasifikasi udang air tawar menurut Holthuis (1980):
Filum         : Arthropoda
Sub filum     : Crustacea
Kelas          : Malacostraca
Ordo        : Decapoda
Famili        : Palaemonidae    ; Famili    : Atydae
Genus         : Exopalaemon      Genus     : Atya   
  Leptocarpus                    Caridina
  Macrobrachium
  Palaemon
  Palaemonetes

2.4.2 Peranan Udang Air Tawar Dalam Ekosistem
Habitat udang air tawar berbeda, tergantung jenis dan persyaratan hidup dari tingkatan-tingkatan dalam daur hidupnya. Udang  dapat memakan hewan lain yang ukurannya lebih kecil seperti cacing, serangga air, ganggang, sisa-sisa organisme, biji-bijian atau bagian tumbuhan yang lain (Hadmadi dan Marjanin, 1989:131). Selain itu udang juga berfungsi sebagai makanan bagi hewan akuatik yang lebih besar seperti ikan, sehingga udang air tawar memiliki peran penting dalam menjaga keseimbangan ekosistem perairan (Wowor dkk, 2010 dan Taufik, 2011:1).
Udang termasuk dalam golongan Crustacea yang sangat cocok digunakan sebagai indikator biologis. Hal ini karena mobilitasnya yang relatif rendah sehingga keberadaannya sangat dipengaruhi secara langsung oleh semua bahan yang masuk dalam lingkungan perairan (Tjokrokusumo, 2006:11). Keanekaragaman udang dalam suatu perairan menunjukkan kondisi lingkungan perairan tersebut (Sembiring, 2008:4). Keanekaragaman udang air tawar  sangat penting untuk dilestarikan sehingga keseimbangan ekosistem dapat dipertahankan dan dapat dimanfaatkan secara berkelanjutan (Taufik, 2011:4).
     Karakteristik Habitat Udang Air Tawar
Udang air tawar menempati perairan dengan berbagai tipe habitat yaitu sungai, rawa, waduk, kolam, dan danau. Jenis yang berbeda memiliki tipe habitat yang berbeda pula. Beberapa penelitian melaporkan bahwa udang air tawar memiliki karakter habitatnya masing-masing. Johnson (1961:6), menyatakan bahwa Macrobrachium sintangense ditemukan di sungai yang berarus lambat, kanal, dan sungai, sedangkan  Macrobrachium lanchesteri lebih menyukai perairan yang berarus lambat di perairan terbuka. Selanjutnya Taufik (2011:16), melaporkan bahwa Macrobrachium pilimanus diperoleh pada air yang mengalir deras dan substrat berbatu atau air yang tidak mengalir dan substrat berbatu. Sementara itu Supriadi (2012:6), melaporkan bahwa Macrobrachium empulipke diperoleh pada sungai yang berarus deras.
2.4.4. Morfologi Udang
Tubuh Crustacea terdiri dari kepala, dada dan perut. Pada bagian tubuh tertutup kerangka luar yang disebut dengan eksoskeleton. Udang  memiliki ciri-ciri badan bersegmen, kepala dada bersatu. Kelopak kepala ke arah depan membentuk tonjolan runcing yang bergerigi, yang di sebut rostrum. Di bagian kepala dan dada terdapat anggota tubuh lainnya yang berpasang-pasangan yaitu mata, antennule, scaphocerite, antenna, tiga pasang maksiliped dan lima pasang periopoda. Bagian abdomen terdapat lima pasang pleopoda dan satu pasang uropoda, serta bagian belakang yang disebut telson (Burnhill, 2006:79).

Gambar 2.2 Morfologi Udang  Macrobrachium rosenbergii (Burnhill, 2006:79)
Berdasarkan kunci identifikasi yang dibuat oleh Wowor dan Choy (2001:287-288), untuk membedakan jenis udang air tawar dapat dilihat dari beberapa ciri morfologi yaitu:
    Rostrum, udang air tawar memiliki bentuk dan jumlah gerigi yang berbeda antara jenis yang satu dengan yang lainnya. Seperti Macrobrachium lanchesteri yang memiliki bentuk rostrum lurus dengan jumlah gerigi 6-11 pada bagian dorsal dan 2-7 pada bagian ventral, sedangkan M. rosenbergii dacqueti memiliki rostrum melengkung ke atas dengan jumlah gerigi 11-14 pada bagian dorsal dan 8-15 pada bagian ventral.
    Pereopods, udang air tawar memiliki bentuk dan ukuran yang berbeda antara jenis satu dengan jenis yang lain. Berdasarkan penelitian Taufik (2011:12), pereopods ke-2 Macrobrachium sintangense memiliki bentuk carpus panjang langsing dan lebih pendek dari chela, M. lanchesteri memiliki carpus panjang langsing dan carpusnya lebih panjang dari chela, sedangkan M. pilimanus memiliki bentuk carpus  seperti cangkir.
    Telur, udang air tawar memiliki ukuran yang berbeda. jenis Macrobrachium lanchesteri memiliki ukuran 0,9x0,7 mm, M. rosenbergii dacqueti 0,6x0,5 mm,
M. scabriculum 0,6x0,4 mm dan M. pilimanus 1,7x1,2 mm.
Udang air tawar biasanya memiliki ukuran tubuh yang  relatif kecil dan berbeda dengan udang  laut. Berdasarkan penelitian Taufik (2011:12),  panjang maksimal udang air tawar yang diperoleh berukuran 5 cm. Selanjutnya menurut Fincham dan Wickins (1976) dalam New (2002:8-9), untuk membedakan antara udang air tawar dan udang laut dapat dilihat pada Tabel 2.1.
Tabel 2.1. Perbedaan udang air tawar dengan udang laut

Perbedaan udang air tawar dengan udang laut
Udang air tawar     Udang laut
Memiliki permukaan dorsal (punggung) bulat halus ke perut.    Memiliki ridge sederhana atau kompleks pada puncak dorsal perut.
Pleuron kedua melebihi pleuron pertama  dan pleuron ketiga.     Pleuron kedua melebihi pleuron ketiga dan pleuron kedua sendiri tidak melebihi dari pleuron  pertama.

Gambar 2.3 Perbedaan dorsal (punggung) udang air tawar dan udang laut

Gambar 2.4 Perbedaan pleuron pada udang air tawar dan udang laut

    Sifat dan Perilaku Udang
Sifat udang yang paling umum yaitu sifat nokturnal, kanibalisme dan pergantian kulit (molting). Sifat nokturnal yaitu sifat hewan yang aktif pada malam hari. Pada siang hari mereka lebih suka membenamkan diri di dalam lumpur maupun menempel pada sesuatu benda yang terbenam dalam air. Dalam keadaan normal, yaitu apabila keadaan lingkungannya cukup baik, udang jarang sekali menampakkan diri pada waktu siang  (Mujiman, 1989:18-19).
Sifat kanibalisme yaitu suatu sifat yang suka memangsa jenisnya sendiri. Sifat ini akan muncul saat udang dalam keadaan lapar dan dalam keadaan bergerombol. Kanibalisme terjadi pada udang berukuran besar terhadap udang yang kecil, terutama pada saat ganti kulit (Hadmadi dan Marjanin, 1989:131). Pergantian kulit merupakan proses yang sangat penting bagi udang, karena merupakan persyaratan untuk tumbuh menjadi besar. Udang yang sedang berganti kulit sangat mudah menjadi mangsa bagi sesama udang ataupun hewan lain. Oleh karena itu udang yang sedang berganti kulit biasanya lebih suka bersembunyi hingga kulitnya menjadi benar-benar keras (Hadmadi dan Marjanin, 1989:132).
    Jenis Udang Air Tawar
Di wilayah perairan Indonesia cukup banyak jenis udang air tawar, beberapa jenis udang air tawar yaitu udang galah (Macrobrachium rosenbergii), udang lar
(M. lar), udang palemon merah (Palaemon styliferus), udang ragang
(M. sintangense), udang palemon bening (Palaemon concinnus) (Murtidjo, 1992:21).
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Taufik (2011), di Danau Kerinci Provinsi Jambi telah ditemukan tiga jenis udang air tawar dari genus Macrobrachium yaitu M. lanchesteri, M. pilimanus dan M. sintangense. Macrobracium lanchesteri banyak ditemukan pada habitat dengan kedalaman perairan 130 cm, M. pilimanus banyak ditemukan pada kedalaman 75 cm dan M.  sintangense banyak ditemukan pada kedalaman 120 cm.

    Faktor Fisik dan Kimia Lingkungan
    Suhu
Suhu merupakan salah satu faktor yang sangat penting dalam kelangsungan proses biologis dan kimia yang terjadi di dalam air, seperti kehidupan dan perkembangbiakan organisme air (Rahayu dkk, 2009:38). Naiknya suhu air akan menurunkan jumlah oksigen terlarut dalam air dan meningkatkan kecepatan reaksi kimia, sehingga hal ini akan mengganggu hewan air yang ada di dalamnya. Jika  batas suhu yang mematikan terlampaui, hewan air yang ada di dalamnya mungkin akan mati (Kristanto, 2002:77).
Lapisan-lapisan suhu yang berbeda terdapat dalam habitat perairan. Karena permukaan air meluas pada saat awal menjadi hangat. Perluasan ini mengurangi rapatan, dan membuat permukaan air menjadi lebih ringan  daripada air di bawahnya, yang lebih dingin. Di antara kedua lapisan ini terdapat wilayah peralihan yang tipis dinamakan termoklin. Air diatas termoklin dinamakan epilimnion, sedangkan yang lebih dingin yaitu air yang terletak di bawahnya disebut sebagai hipolimnion. Pembagian wilayah suhu yang demikian terjadi pada perairan yang dalam seperti danau dan tidak terjadi pada perairan yang dangkal (Michael, 1995:136-137).
    Kedalaman perairan
Kedalaman berpengaruh terhadap intensitas cahaya matahari ke dalam perairan. Kedalaman yang dapat dicapai oleh cahaya dengan intensitas tertentu merupakan fungsi dari kecerahan air. Perbedaan kedalaman efektif yang dapat dicapai oleh cahaya disebabkan oleh perbedaan kadar partikel-partikel yang tersuspensi dalam air. Cahaya matahari akan mempengaruhi laju fotosintesis oleh fitoplankton dan kandungan bahan organik (Nybakken, 1988:62).
    Derajat keasaman (pH)
Nilai pH menyatakan nilai konsentrasi ion hydrogen dalam suatu larutan. Kemampuan air untuk mengikat dan melepaskan sejumlah ion hydrogen akan menunjukkan apakah larutan bersifat asam atau basa (Wibisono, 2005) dalam (Sembiring, 2008:15). Nilai pH yang normal adalah sekitar netral, yaitu antara 6-8 unit (Kristanto, 2002:73). Menurut New (2002:15) pH optimum untuk udang air tawar yaitu berkisar 6,5-8,5 units.
    DO (Dissolved Oxygen)
Oksigen adalah salah satu faktor terpenting dalam dalam setiap sistem perairan. Hampir setiap tumbuhan dan hewan memerlukan oksigen untuk pernafasan. Sumber utama oksigen terlarut berasal dari atmosfer dan proses fotosintesis tumbuhan hijau (Michael, 1995:168).
Oksigen hanya sedikit larut dalam air. Hewan atau tumbuhan yang hidup di dalam air bergantung kepada oksigen yang terlarut ini. Jadi kadar oksigen terlarut dapat dijadikan ukuran untuk menentukan kualitas air. Kehidupan di air dapat bertahan jika terdapat oksigen  terlarut minimal sebanyak 5 ppm (5 mg oksigen untuk setiap liter air). Selebihnya bergantung pada ketahanan organisme, derajat keaktifannya, kehadiran bahan pencemar, suhu air, dan sebagainya (Kristanto, 2002:77). Kandungan DO (Dissolved Oxygen) yang mendukung bagi udang air tawar berkisar antara 3-7 mg/l (New, 2002:15).

    BOD (Biochemical Oxygen Demand)
BOD menunjukkan jumlah oksigen terlarut yang dibutuhkan oleh organisme hidup untuk menguraikan  atau mengoksidasi bahan-bahan buangan di dalam air. Jika nilai BOD tidak menunjukkan jumlah bahan organik yang sebenarnya, tetapi hanya mengukur secara relatif jumlah oksigen yang dibutuhkan untuk mengoksidasi bahan-bahan buangan tersebut (Kristanto, 2002:87).
    COD (Chemical Oxygen Demand)
COD merupakan jumlah total oksigen yang dibutuhkan oleh bahan oksidan untuk mengoksidasi bahan-bahan organik yang terdapat dalam air (Kristanto, 2002:88). Menurut  Peraturan Pemerintah No. 82 (2001:483) kandungan COD yang mendukung kehidupan ikan dan biota sejenisnya di perairan tawar yaitu < 50 mg/L. Berdasarkan penelitian Sembiring (2008:36), tingginya nilai COD disebabkan oleh banyaknya limbah organik dari aktifitas masyarakat, sehingga kebutuhan oksigen untuk menguraikan limbah organik secara kimiawi menjadi lebih tinggi.













BAB III
METODE PENELITIAN

3.1. Rancangan penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah  metode deskriptif kuantitatif dengan pengambilan sampel menggunakan metode purposive  sampling. Lokasi pengambilan sempel dibagi dalam tiga stasiun. Karakteristik dari masing-masing stasiun dengan melihat tipe habitat yang dianggap mewakili habitat danau, yaitu:
    Daerah yang dekat dengan perumahan penduduk.
    Daerah masuknya air sungai ke dalam danau (inlet).
    Daerah yang dekat dengan hutan.
 Pengambilan sampel udang dilakukan dengan menggunakan jaring tangan (Taufik, 2011:9) dan jala berbentuk lingkaran dengan panjang jala 250 cm dengan lebar mata jaring 1,5 cm. Sampel yang diperoleh dimasukkan ke dalam botol kemudian diawetkan dalam alkohol 70% serta diberi label dan  diidentifikasi. Setiap lokasi pengambilan sampel dilakukan pengukuran faktor fisik dan kimia perairan (Taufik, 2011:9). Faktor fisik perairan yang diukur adalah suhu dan kedalaman, sedangkan faktor kimia air yang diukur adalah pH, DO (Dissolved Oxygen), COD (Chemical Oxygen Demand), dan BOD (Biochemical Oxygen Demand).

3.2. Sampel
    Sampel dalam penelitian ini adalah udang air tawar yang tertangkap pada saat penelitian.
3.3. Alat dan Bahan
    Alat dan bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah  jala, jaring tangan, botol/toples spesimen, alat tulis, kertas label, pH meter, tali berskala, meteran, termometer, erlenmeyer, botol winkler, pipet tetes, kamera digital, alkohol 70%, MnSO4, alkali, H2SO4, Na2S2O3 0,0125 N, amilum, K2Cr2O7, HgSO4, indikator feroin, dan Ferro amonium sulfat 025 N.

3.4. Prosedur Penelitian
    Penelitian yang dilakukan terdiri atas beberapa tahapan yaitu:  tahap persiapan, pengumpulan data, penanganan sampel, dan analisis data.
3.4.1 Tahap persiapan
    Persiapan awal yang dilakukan dengan  mengobservasi ke Danau Teluk Kota Jambi untuk memastikan keberadaan udang dan menentukan stasiun pengamatan. Selanjutnya membuat rancangan penelitian, studi literatur dan menyediakan alat dan bahan yang diperlukan dalam penelitian.
3.4.2 Tahap pengumpulan data
    Pengumpulan sampel berjumlah 3 stasiun yaitu stasiun I dekat dengan perumahan penduduk, stasiun II dekat dengan sungai kecil (inlet), stasiun III dekat dengan hutan. Panjang daerah sampling masing-masing stasiun yaitu 35 m di sepanjang tepi danau dan dari tepi danau ke tengah danau sejauh 15 m. Wilayah sampling dibagi menjadi 3 plot yaitu: A 0-5 m jarak dari tepi danau, B 5-10 m dan C dari 10-15 m ke arah tengah danau (Gambar 3.1).

    Tepi danau     0 m              0-5 m        5-10 m            10-15 m





                                      

15 m
Gambar 3.1 Skema area pengambilan sampel dari plot A ke plot B dan plot C
Pengambilan sampel udang disertai dengan pengambilan data lingkungan. Adapun pengambilan data lingkungan meliputi faktor fisika dan kimia perairan yaitu:
    Kedalaman, pengukuran kedalaman perairan dilakukan dengan menggunakan tali berskala yang diberi pemberat, lalu diturunkan sampai pemberat menyentuh dasar. Kemudian kedalaman air dicatat (Michael, 1995:146).
    Suhu, diukur dengan menggunakan termometer air raksa berskala 0-50° C. Pengukuran dilakukan dengan memasukkan termometer ke dalam air kurang lebih 20 cm dan dibiarkan selama 5 menit kemudian dibaca (Sembiring, 2008:25).
    Derajat keasaman (pH), diukur dengan mengambil sampel air dengan botol lalu sampel diukur dengan pH meter.
    DO (Dissolved Oxygen), pengukuran oksigen terlarut dilakukan dengan metode Winkler, yaitu dengan memasukkan botol Winkler 125 ml ke dalam perairan hingga botol penuh dan tidak ada gelembung udara,  lalu ditambahkan 1 ml MnSO4 dan 1 ml larutan alkali ke dalam botol tersebut dan tutup rapat-rapat. Botol dibolak-balik dan tunggu hingga terbentuk endapan coklat. Tutup botol dibuka dengan hati-hati dan ditambah dengan 1 ml H2SO4 pekat lalu dibolak-balik lagi hingga berwarna coklat tua. dimasukan 100 ml air dari botol tersebut ke dalam erlenmeyer 250 ml. Sampel air dititrasi dengan Na2S2O3 sambil digoyang secara berlahan hingga larutan berwarna kuning muda dan ditambahkan 1 ml indikator amilum hingga berwarna biru tua. Titrasi lagi dengan Na2S2O3 hingga berubah warna seperti air semula, dan dicatat berapa ml Na2S2O3 yang digunakan untuk titrasi dari awal hingga akhir (Barus, 2004:59). Kemudian dihitung oksigen terlarutnya menggunakan rumus:
DO = 1000/(V titrasi) x a x (f) x 0,1 mg/l
Keterangan :
DO         = Oksigen terlarut (mg/l)
a             = Volume NaS2O3 saat titrasi dari awal hingga akhir (ml)
f        = faktor koreksi (1)
V titrasi    = Volume sampel air saat titrasi (ml)

    BOD (Biochemical Oxygen Demand), BOD diukur dengan metode Winkler. Sampel air yang akan dianalisis dimasukkan ke dalam botol dan ditambahkan pereaksi Winkler segera pada saat pengumpulan, lalu botol ditutup. Sampel diinkubasi selama 5 hari pada suhu 20°C. Pada hari ke lima jumlah oksigen terlarut diukur. Kadar BOD dihitung dari selisih DO awal  dan DO akhir (Michael, 1995:200).
    COD (Chemical Oxygen Demand), pengukuran COD dilakukan dengan metode Refluks. Pengukuran dilakukan dengan cara mengambil sampel air sebanyak
20 ml dan dimasukan ke dalam erlenmeyer serta ditambah dengan 0,4 gram serbuk HgSO4, 10 ml K2Cr2O7 0,25 N, dan 30 ml pereaksi H2SO4 pekat. Refluks selama
2 jam pada suhu 105°C. Sampel didinginkan lalu diencerkan hingga volume sampel 140 ml. Sampel dititrasi dengan larutan fero ammonium sulfat 0,1 N dan
2-3 tetes indikator feroin. Perubahan sampel menjadi coklat merupakan titik akhir titrasi, fero ammonium sulfat yang digunakan dicatat dalam ml (Styani, 2013:36).
3.4.3 Tahap penanganan sampel
Sampel udang air tawar  yang didapat dari lapangan dicuci sampai bersih lalu  dimasukkan ke dalam botol sampel, kemudian diberi identitas dengan kertas label serta dicatat keadaan awalnya. Selanjutnya semua sampel yang didapat  dimasukkan dalam botol dan diawetkan dengan menggunakan alkohol 70% serta diberi label keterangan tempat pengambilan sampel, waktu pengambilan sampel dan ciri-ciri morfologi. Semua sampel yang sudah diawetkan diambil untuk diidentifikasi dengan kunci identifikasi Holthuis (1980), Wowor dan Choy (2001), Taufik (2011), dan Chan (1998). Analisis parameter BOD dan COD dilakukan di Badan Lingkungan Hidup Daerah (BLHD) Jambi. 
3.4.4. Analisis data
    Indeks keanekaragaman
Untuk menentukan indeks keanekaragaman jenis dihitung dengan menggunakan rumus Shannon & Wiener (Odum, 1993:179):
H^'=-∑_(i-1)^s▒〖Pi ln⁡Pi 〗
Keterangan:     H’ =  indeks keanekaragaman
S   = jumlah jenis
Pi  = ni/N = peluang kepentingan untuk tiap jenis
N  = jumlah individu
ni  = jumlah individu tiap jenis ke-i

Dengan kriteria sebagai berikut:
    Jika H’ < 1,5 maka keanekaragaman jenis rendah
    Jika 1,5 < H’ < 3,5 maka keanekaragaman sedang
    Jika H’ > 3,5 maka keanekaragaman tinggi

    Indeks Dominansi
Menurut Odum (1993:179), untuk menentukan indeks dominansi dapat menggunakan rumus yaitu:
    C=∑▒〖Pi〗^2
Keterangan :     C = Indeks dominansi
pi = ni/N
ni = Jumlah individu ke- i
N = Jumlah total individu
Dengan kriteria sebagai berikut:
Jika nilai C < 0,5 maka tidak ada jenis yang mendominasi
Jika nilai C > 0,5 maka ada jenis yang mendominasi


3.5. Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Danau Teluk Kota Jambi pada bulan Februari-Maret 2014, yang meliputi tahap pengambilan sampel dan tahap pengambilan data lingkungan.




DAFTAR PUSTAKA
Badan Pusat Statistik Kota Jambi. 2010. Hasil Sensus Penduduk 2010 Kota Jambi. Angka Agregat Per Kecamatan. BPS Jambi. Jambi.
Balai Wilayah Sungai Sumatra. Danau. http://bws-sumatera6.com/node/15. Diakses tanggal 27 April 2013.
Barus, T. A. 2004. Studi Tentang Ekosistem Air Daratan. USU Press. Medan.
Burnhill, T. 2006. Freshwater Crustacea Identification of Freshwater Invertebrates of The Mekong River and its Tributaries. Mekong River Commision. Bangkok.
Chan, T.Y. 1998. Shrimps and Prawns. FAO species Identification Guide for Fishery Purposes.The Living Marine Resources of The Western Central Pacific. 2: 687-1396.

Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Jambi.  2013. Potensi Perikanan Tangkap.  http://dkp.jambiprov.go.id. Diakses tanggal 18 Maret 2013.
Hadmadi dan M, Marjanin. 1984. Ilmu Hayat Dalam Pertanian (Zoologi). Yasaguna. Jakarta.
Holthuis, LB. 1980. Shrimps and Prawns of the World an Annotated Cataloog Of Species of Interst To Fisheres. FAO Fish Synop 125. 1.
Irwan, Z.D. 1997. Prinsip-prinsip Ekologi dan Organisasi Ekosistem, Komunitas dan Lingkungan. Bumi Aksara. Jakarta
Johnson, D.S. 1961. Distributional and Other Notes on Some Fres-Water Prawns (Atyidae and Palaemonidae) Mainly from The Indi-West Pasific Region. Bull National Mus. 32: 5-30.
Kristanto, P. 2002. Ekologi Industri. ANDI Yogyakarta & Universitas Kristen PETRA Surabaya. Yogyakarta.
Martin, J.W dan G.E, Davis. 2001. An Updated Classification of the Recent Crustacea. Los Angeles, California: Nat History Mus of Los Angles Country 39: 1-115.
McNaughton, S.J dan Wolf, L.L. 1992. Ekologi Umum. Edisi Kedua. Diterjemahkan oleh Pringgoseputro, S dan Sigandono, B. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.
Michael, P. 1995. Metode Ekologi untuk Penyelidikan Ladang dan Laboratorium. UI-Press. Jakarta.